Media Sosial dan Jaringan Daring Bisa Dongkrak Omzet Pelaku Usaha
Jakarta: Memulai sebuah bisnis tak bisa dilakukan hanya dengan membalikkan telapak tangan. Perlu usaha dan kerja keras untuk menggapai kesuksesan. Namun demikian, juga diperlukan strategi bisnis yang jitu agar usaha semakin berkembang.
Masa pandemi covid-19 saat ini juga telah mengubah perilaku masyarakat untuk beralih ke konsep digital. Hal ini juga berlaku untuk para pelaku usaha yang banyak beralih menjajakan dagangannya melalui jaringan daring alias online.
Salah satunya yakni pengusaha toko vape, Henrico Timbara Putra (41). Sejak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), dia pesimistis dapat membuka tokonya. Namun karena kekuatan brand, dengan hanya menggunakan media sosial, influencer, dan jejaring pesan aplikasi, pihaknya mampu menjaring pelanggan.
Dari dua toko yang dikelolanya, ayah satu anak tersebut mendapatkan yang lumayan setiap bulannya. Cuang yang diraihnya per bulan dari masing-masing toko pun sangat menggiurkan. Kini, mantan karyawan di perusahaan Printing Industry, Snapy Printing tersebut memiliki penghasilan tambahan.
Henrico mengaku, pada awalnya memulai usaha tanpa harapan, tetapi saat ini pendapatan tersebut tidak hanya dapat menutupi pengeluaran dan tagihannya, tetapi juga mendapatkan kesempatan baik yang sebelumnya tidak dapat ia berikan kepada keluarganya.
Toko online
Adapun alasan untuk membuka tokonya yang bernama RELX, Henrico memulainya dengan memiliki toko online. Dia memutuskan untuk membuka toko, karena dia melihat penjualan dari online tinggi dan permintaan juga terus tinggi. Apalagi saat ini membuka toko online juga sangat mudah. Semua tutorial disediakan dan lengkap, hingga tutorial cara memasang furnitur.
"Para karyawan juga mendapatkan pelatihan secara lengkap sampai mereka mengerti. Membuka toko online sangat mudah karena tidak perlu melakukan terlalu banyak pekerjaan. Tetapi saya bisa mengendalikan semuanya dengan sistem yang disediakan," paparnya.
Henrico menceritakan kendala ketika menekuni bisnis vape ini, dia mengatakan pengguna pod (sebuah alat bagi pengguna yang ingin beralih ke rokok elektrik) di Medan masih sedikit. Dia mengatakan kultur pengguna rokok konvensional masih kuat. Sehingga kurang awam terhadap penggunaan pod. "Kalau sekarang orang mulai banyak yang beralih, kesadaran kesehatan mulai meningkat, asap dan bau rokok juga sudah enggak nyaman. Jadi banyak perokok yang mencari tahu sendiri pod itu apa. Dan wajib pembeli adalah orang yang ingin mencari alternatif pengganti rokok sebelumnya," jelasnya.
Henrico menyarankan bagi pemula untuk tidak ragu membuka toko RELX. Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk membuka toko ini karena sangat cepat berkembang. Ditambah lagi dengan penguatan brand, maka akan membantu penjualan juga. "Jadi jangan khawatir dan dapatkan toko Anda secepatnya," jelasnya.
Di sisi lain, pelaku usaha lainnya, Viktor Wilson (30) mengaku mendapatkan jumlah yang sangat besar setiap bulan dari bisnis toko vape ini. Pendapatan yang fantastis tersebut karena toko RELX milik Viktor berada di kawasan bisnis dan komunitas sepeda. Tidak heran, lajang yang pernah bekerja di bank ini mengaku sejak menekuni toko tersebut, ia telah memiliki kehidupan yang lebih baik dalam hal pendapatan dan peluang bisnis.
"Ke depan saya segera membuka beberapa toko lagi. Karena RELX merupakan peluang bisnis yang baik. Apalagi brand-nya sangat mendukung dan memperhatikan partner bisnis," paparnya.
(AHL)